Kamis, 25 Maret 2010

"Revolusi Diri"(sebuah cerpen)

“REVOLUSI DIRI”

“Jika kemarin kita bermimpi apakah esok masih terus terlena
banyak yang belum sempat kita lakukan tahun lalu ,kawan..
sementara begitu banyak tantangan yang harus kita hadapi tahun depan
hanya rasa optimis yang membuat kita mampu melewatinya”
Mari Kita mulai Dari Kita sendiri….

Sebuah petikan lagu dari sebuah group band punkrock dari medan bernama Anekdot yang lirik lagunya begitu filosofis dan membuat hasrat merefleksikan diri,namun bukan berarti tulisan ini adalah “special review band”,sebagaimana kami melihatnya dalam sebuah perspektif kami yang masih kaku tentang band yang mana lebih bagus,mantrap serta kritis.
Jadi teringat neh pada suatu diskusi ringan dengan seorang teman setelah balik dari acara “Bersaudara” di Gelanggang Sutomo..hehehe


“Ri.,apakah pemahaman atau pemikiran itu dapat merubah watak manusia yang memang pada dasarnya manusia itu mempunyai sifat ego pada dirinya masing –masing..?”

Sebuah pertanyaan yang mengawali diskusi pada malam itu di Café TST antara aku dan temanku Nuc..dan menurutku itu pertanyaan yang bagus untuk didiskusikan sebagai bahan “Revolusi Diri”.pikirku..

Lalu aku menjawabnya.
”Sebelumnya aku jabarkan dulu satu persatu Nuc tentang apa itu Watak,Lingkungan dan lahirnya pemikiran sampai kita bisa mendiskusikannya dan menarik kesimpulannya bersama-sama..”

Watak secara epistimologi memiliki arti tingkah laku seseorang yang bersifat pembawaan. Namun watak juga banyak dipengaruhi oleh lingkungan, maka jika kita beri tinjauan pada pengertian kedua bahwa watak juga dipengaruhi lingkungan barang kali kita perlu memberikan sebuah kajian kritis dan konfrensif tentang lingkungan yang kita miliki.

Lingkungan dalam pemahaman social adalah relasi social yang terbentuk dalam ruang dan waktu seseorang dalam kehidupanya. Manusia hidup secara phisikologis memiliki dua pengaruh dominan yakni factor Internal dari diri seseorang dan factor eksternal. Namun secara relasi social manusia memiliki banyak tahapan dalam perkembangan lingkungan sosialnya, tentu ini juga salah satu penyebab watak seseorang apakah baik, buruk, meyenangkan, menyusahkan, humoris ataupun ahumoris dll. Diskusi singkat yang belum tentu saya tahu ini bermakna buat teman-teman, saya akan mengajak untuk berpikir tentang hal-hal kecil, ringan namun bersifat esensial dalam hubungan interaksi manusia seperti komunitas dan kaum-kaum yang menginginkan sebuah pembangunan budaya baru perubahan.

Baiklah, manusia hidup dalam lingkungan social memang sangat banyak tahapan yang dilalui bahkan tidak terlalui. Pertama lingkungan social setiap manusia adalah keluarga, agama, lingkungan,komunitas, sekolah/kampus atau tempat kerja(profesi) atau variable-variabel social lain yang dapat menjadi penyebab munculnya watak seseorang.

Sebagai analogi awal, jika seseorang hidup dalam komunitas social yang serba keras dia akan memiliki watak yang juga keras, relasi social ini terbentuk sebagai manifestasi dari kaitan-kaitan social yang terjadi. Misalnya ucapan yang selalu didengar dalam kehidupan sehari-hari, tingkah laku yang selalu dia lihat, tulisan atau wacana-wacana harian yang dia konsumsi, dan lain sebagainya. Factor inilah yang mempengaruhi setiap perilaku manusia yang berkembang menjadi watak seseorang, jika watak ini dibangun dalam satu media bersama oleh orang yang berbeda akan lebih dominan mempengaruhi timbulnya watak sebuah komunitas secara generalis.(umum)

Contoh kedua, jika seseorang sejak kecil hidup di lokasi terminal bus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dia akan berperilaku dan bahkan setiap orang yang hidup dan besar dalam lingkungan tersebut akan sedikit lebih cenderung kasar dibanding yang hidup dan besar dalam lingkungan social yang berbeda. Sebagai penyebab, bisingnya deru-deru mesin menyebabkan setiap manusia harus berbicara dengan nada yang kuat, karena segala sesuatu itu kompetitif dan harus menghasilkan uang dalam sesaat cenderung pragmatis, culas dan manifulatif.

Contoh ketiga, jika seseorang sejak kecil telah mendapat pendidikan agama dari keluarganya maka bisa disebut dia anak sholeh “turunan” yang memang agamalah sebagai pedoman dan keimanannya terhadap ketentuan-ketentuan dari Tuhanlah yang Hakiki hingga membangun karakter yang tahu akan sebuah nilai-nilai sifat baik dan buruk(Akhlak),keihklasan,kemunafikan, dsb.

Contoh keempat,jika seseorang sejak kecil telah mendapatkan pendidikan sekolah dasar hingga mencapai tingkat keseriusan dan jenjang belajar di perguruan tinggi yang barangkali bisa menjadikan karakter manusia cerdas atau intelektual yang berpikir secara ilmiah,rasional dan objektif.

“Jadi dengan uraian ini coba kita mengambil kesimpulan soal watak atau Ego seorang manusia yang dapat dipengaruhi berdasarkan tingkat akal pikiran manusia dalam memandang situasi atau kondisi (lingkungan) yang ada dalam kehidupannya berarti bukan karena lingkungannya saja yang mempengaruhi tapi dikembalikan kepada akal pikiran individunya masing-masing ,terlepaslah dari penyakit menthal(pancaindera) manusia ,karena telah kita akui manusia adalah mahkluk yang lebih dari mahkluk hidup lainnya karena tingkat akal pikirannya.dalam mengatasi problematikanya.

“katakanlah “AKU” Seperti apa perilaku “AKU” dan semua kebiasaan-kebiasaannya, lantas apakah dasar pemikiran yang didapat selama ini dari berbagai kajian teoritis “Ideal” organisasi atau komunitas serta lingkungan social(masyarakat) tidak cukup dominan mempengaruhi Ego atau watak seseorang..??,

“Dan bisa dibilang juga tergantung ya..dengan tingkat konsistensinya dalam menjaga pemikiran yang menjadi pedoman serta pegangan hidupnya sehingga dapat memilah antara Ego atau rasional dan ketidak rasionalannya dalam mengambil sikap sebelum itu dapat merugikan orang di sekelilingnya.”

“jadi kalau aku bilang...,
“Hidup tanpa Rasionalisme akan Menghancurkan dirinya sendiri”

“dengan begitu akan yakin dengan sikap dan perilakunya dan kritik ini bukan untuk orang lain,dia,kau atau aku tapi siapa aja deh.,makanya aku juga tuh sekarang lagi proses belajar;belajar dan belajar untuk mencoba bertindak secara rasional Nuc…,biar nggak ada kata “Sesal kemudian tiada berguna”,soalnya kata pepatah tuh…ada benarnya juga…!! ”

“Iya juga...ya,aku jadi kepikiran nih…”,Nuc menggaruk garuk kepalanya…

“Udahlah…,nggak usah terlalu dipikiran kali..,yang penting tuh diselaraskan aja antara pemikiran dan pedoman yang kau pegang dengan prakteknya agar tidak menjadi seperti dogma atas retorika mapan yang rutin selama ini.”
“Sudahlah pulang kita yuk…,udah jam 1 lewat nih…., nggak terasa juga ya kita disini..,udah 3 jam kita duduk Cuma minum segelas TST masing-masing sama 2 keripik dan 2 kacang..,kebanyakan cuap-cuapnya kita dari pada pesanannya..,he..he.he..

“Tapi Hal ini aku anggap sangat perlu sekali direfleksikan bersama Nuc…!!, mengingat hal ini sangat berguna bagi manusia itu sendiri sebelum manusia itu semakin terjerembab dalam kenistaan yang dilakukan dalam kehidupanya...”

“Ehh Nuc..antar aku ke Pasar Merah dulu ya…,nggak papa khan..??nggak ngerepotin khan..??”

“Nggak ahh,nggak ngeropotin namanya juga kawan bro….”dengan rasa bangga Nuc berkata..

“Meluncurlah kami dengan motornya Nuc setelah lebih dulu aku membayar uang TST dan keripik yang kami konsumsi di café TST malam itu.”




Syndikatari_minori (resah-gelisah,medan 16 Desember 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar