Sabtu, 03 April 2010

AKULAH TAMAN YANG LAYU ITU

kamu sebut aku taman
yang selalu diharapkan untuk indah
kamu harapkan aku menjadi indah
bagaikan bunga ditaman impian

akulah taman layu itu
taman yang tidak akan memberi keindahan lagi
akulah taman yang kamu bayangkan
yang sesekali ingin kamu lihat berkembang

namun taman-tamanmu itu
kini satu persatu mulai mebuatmu bosan
atas semua siraman
yang tak kunjung beri keindahan

kini engkau pergi
tanpa melihat bagian tamanmu sebelumnya
namun kutahu kamu pasti kembali
untuk melihat tamanmu sudah mulai hancur
layu dan mungkin akan berlipat bersama
lipatan kertas benomor di tengah dinding rumah kita

ibu, ini tamanmu..
taman sepi yang mungkin akan jadi gersang..
ibu, akulah taman yang layu itu..

medan, 12 Februari 2010

DIRUMAH TUA, SINGGAH SEJENAK

Telpon itu berdering
Dengan nada lagu tenar
Lagu seorang perempuan berkebangsaan eropa
Disaat asyik dengan segelas teh
Bersama sahabat lama..
Yang hingga kini masih sering bersama.

Ternyata,
Dering telpon itu respon atas Sort Massage Service
Yang kukirim sebelumnya.
Dengan tulisan pertanyaan ”Dimana Posisi Jo ? ”
Dan hand phone itu kutempelkan ketelinga..
Lidahku bergerak, bibirku komat-kamit
Menjawab seorang sahabat
Yang mencariku lewat hand phone itu.

Tidak kusangka..
Dia menjawab.. bahwa dia sedang dirumah tua itu
Rumah tua dari papan yang sudah nampak usang
Sejak aku tau dia disana, aku sedikit santai
Berbalut rasa penasaran..
Ternyata dengan nada desakan..
Dia mengajukan “kamu kujemput ya..!
Tanpa ragu hatiku dan mulutku menjawab ia.
Karena kutahu..
Dia pasti ingin rumah ini dikunjungi oleh banyak orang
Paling tidak, diketahui oleh manusia seperti aku misalnya

Dengan putaran kendaraan roda dua tanpa surat surat itu.
Milik seorang sahabatku dikomunitas
Menelusuk diantara bagunan pemukiman
Di gang-gang rumah penduduk disekitar kampus itu

Tidak kusangka,
Sembari bercerita banyak hal
Kami tiba di sebuah gerbang,.
Seorang nenek tua duduk diteras rumahnya
Menikmati makan malam.
Dengan dialek tapanuli
Di menyapa kami
Mari Makan ! seperti biasa, kami hanya menjawab..
Terima kasih pung..!

Sekilas rumah itu ramah, tenang dan membingungkan..
Disaat aku datang, terlihat di depan mataku
Beberapa wajah yg tidak asing lagi
Para sahabatku yang sering mengajakku berdiskusi.

Tetapi sedikit aku merasa heran..
Ada beberapa teman yang baru aku lihat..
Baru pertama kali bertatap wajah dengan mereka..
Ternyata mereka para sahabat baruku
Penghuni baru rumah itu..

Tak lupa aku harus beri tahu..
Didepan rumah tua itu, tepat di sisi tembok pembatas..
Sebuah bendera usang kebanggaanku terpampang
Seolah mengigatkan ku di jalanan dahulu.
Bendera ini menghipnotisku
Menjadi seorang pemberang dijalanan kala itu ..
Dan bendera itu..
Seolah mengucapkan” selamat datang untukku”
Dan mungkin untuk semua orang, yang datang kerumah tua itu..!

Aku datang dengan senang
Waktu ga kusia-siakan.
Aku berkeliling dirumah tua yang nampak usang itu.
Selembar white board menepel di dinding
Papan tripleks ini sering kucoret-coret dahulu
Disaat kami mendiskusikan sebuah topic..
Atau disaat aku merasa kesepian..
Atau saat aku kesal dengan teman-temanku..
Dan disetiap tempat kami pindah
Papan ini selalu ada menemani kami.

Setelah mengelilingi rumah tua itu,
Tak lupa aku menyiram kamar mandi
Dengan siraman hangatnya air seniku..
Setelah mataku mendelik kekiri-kekanan
Muka dan kebelakang..
Aku kembali keteras dekat tembok berhias bendera itu..
Mengobrol dan bercanda dengan teman-teman itu
Yang nampak di raut wajah mereka girang..!
Girang karena sudah dapat rumah tua lagi..

Setelah beberapa topik kami berdiskusi..
Dengan kepulan asap racun yang kami senangi.
Tak terasa, bagian tubuh kami antara kelamin dan dada
Mulai menimbulkan suasana baru.
Suasan lapar, karena jarum jam sudah berada di angka 10

Akupun berniat untuk kembali kemasa kami
Masa bersama penuh arti..
Mengoceh kantong dengan lembaran rupiah
Untuk dijadikan alat tukar
Menukar kertas itu dengan beras

Tidak lama berselang.
Dua orang lagi teman baru datang
Dengan suara sepeda motor yang nampak sedikit bising
Dan merekapun bergabung
Bergabung untuk alat tukar itu..

Setelah semua berpartisipasi..
Bahasa kami dari dulu tidak pernah berubah
Mengumpulkan beberapa rupiah.
Dengan bahasa dan sikap kolektif

Semua rencana dimuai..
Pertama aku tawarkan makan bersama
Tentu dengan jalan lebih dulu harus memasak beras
Untuk dijadikan nasi hidangan bersama

Setelah berbagai debat lucu..
Seorang teman menawarkan alat masak
Teman itu seorang mahasiswa baru..
Kulihat dia cukup inisiatif, bagus untuk generasi rumah itu kedepan

Tidak lama berselang.
Sepeda motor dengan list merah itu meluncur
Mencari sedikit beras..
Aku merasa tidak lama
Atau karena kami sambil diskusi..
Tentang sebuah rencana dengan perdebatan asyik
Dua orang teman yang keluar
Untuk beli beras dan sayur itu kembali
Langsung bekerja mengubah beras itu menjadi nasi..
Tentu dengan alat masak itu.

Ditengah guyonan dan candaan
Sesekali dibarengi dengan cerita sex..
Nasipun sudah tanak.
Kawan dari pesisir itu berinisiatif
Meminjam parang dari tetangga
Untuk digunakan menebas
Menebas daun pisang milik sebelah rumah…

Daun pisang itu kami gunakan
Sebagai wadah untuk nasi bersama
Malam bersama yang sangat kurindukan sebelumnya..
Kini telah menjadi nyata kembali..
Di teras rumah tua itu
Diterangi lampu gantung
Kami makan dengan lahapnya..
Hingga perut kenyang, kamipun kembali berdiskusi
Tapi kali ini..
Kami tidak memiliki kopi..!

Dan kami melanjut dengan air putih
Tidak luput, kepulan asap racun terus menemani
Hingga larut tiba…
Tidak terasa waktu kami singgah sebentar,
Ujung jarum jam telah berada di nomor 12
Kamipun harus kembali
Meninggalkan rumah tua..
Dan meniggalkan kawan lama
Yang berencana untuk tidur dirumah tua itu..

Seorang teman itu berbunyi..
Dengan nada “Senang kalau kalian datang kesini..!”
Aku pun membalas..
Aku akan selalu datang disetiap kesempatan..!
Aku menjawab itu..Karena ku tau.
Rumah ini sangat sulit didapat..
Dan sangat berharga untuk kita kedepan..
Aku bangga dengan perjuanganmu kawan..
Dan aku juga sedikit malu, karena tidak bisa beri kontribusi lebih banyak..!
Untuk dapat rumah tua ini sebelumnya..

Tapi aku tahu, mereka tidak mengharap itu lagi
Yang ada hanya harapan..
Semoga rumah tua ini, selalu dikunjungui oleh semua teman
Untuk mengobrol banyak hal..
Rumah itu sangat berarti bagi kita kawan..
Datanglah untuknya..
Kau pasti disambut oleh bendera kebanggaan itu..
Bersama penghuni yang baru jua....

Dan….akhirnya aku berjanji
Aku akan selalu datang untukmu kawan..
Untuk rumah kita..
Rumah tua yang menyimpan segudang cita-cita
Segudang pemikiran dan harapan..
Dan mungkin segudang wajah baru kelak..
Selamat untuk mu..wahai rumah tua..
Kini engkau dihuni oleh kaum muda harapan sejarah..
Ku berharap, esok akan selalu datang..
Teman lain untukmu wahai rumah tua...!!


Medan, 29 Maret 2009/03 :07 WIB
Juson Ali’eha

Sebuah Curhat Di Sepertiga Malam dan Refleksi (A)

Sebuah Curhat dan Refleksi (A)
M.A Ojudista

Ide-ide dan gagasan Anarkis di Indonesia berkembang dengan bentuk-bentuk variannya, konteks dan karakter gerakan anarkis telah, sedang dan akan terus berubah. Selain perubahan konteks dan karakter gerakan, penting untuk dilihat secara luas bagaimana antara teori dan praktik gerakan anarkis membangun kekuatannya, bagaimana cara menghadapi kekejaman korporasi dan negara atau memang sama sekali belum berperan secara langsung dalam praktik-praktik perjuangan melawan kekejaman korporasi dan negara, dengan kata lain bagaimana gerakan anarkis/anti otoritarian menjawab kegelisahannya dan menafsirkannya, menghadapi kesempatan politik yang tersedia dan merumuskan tantangan-tantangan utama yang dihadapinya, serta pada saatnya memilih dan melancarkan aksi kolektifnya.

Dalam perkembanganya di Indonesia keterlibatan gerakan anarkis terlihat lemah dalam menghadapi revolusi sosial dan bahkan muncul lalu menghilang seperti sebuah episode dan seperti bukan faktor penting (dalam catatan tahun 2000-2010), sementara bumi dan makhluk-makhluk di dalamnya dalam kondisi yang terus kritis, petani yang tidak mempunyai alat produksi karena tanahnya dirampas oleh korporasi dan negara untuk peningkatan profitnya, perjuangan buruh hanya pada sebatas isu penaikkan upah, nelayan tradisional yang terus di libas oleh Trawl, anak-anak yang kehilangan waktu bermainnya dan lingkungan yang semakin kronis.

Menghadapi sejumlah situasi yang tengah dihadapi tersebut, sesungguhnya muncul satu pertanyaan penting yang patut kita jawab bersama-sama: Apa yang hendak diperbuat di tengah-tengah kondisi ini ? bahwa pada masyarakat-masyarakat yang berada dalam transisi demokrasi akan muncul fenomena-fenomena seperti: berkembangnya ketidakpercayaan politik, skeptisisme, dan sikap apatis yang berhubungan erat dengan pengalaman panjang masyarakat yang hidup di tengah-tengah kediktaktoran, sejarah kekacauan dan keterputusan hubungan-hubungan politik, ingatan-ingatan atas perilaku manipulatif, dan suatu transmisi nilai-nilai apolitis yang sistematik. Tetapi lebih jauh dari itu adalah budaya gerakan massa yang dapat melahirkan gerakan-gerakan sosial yang berumur panjang telah hilang dalam kehidupan sebagian besar rakyat di negeri ini.

Pemahaman ide-ide libertarian yang dalam masa pengimplementasiannya kedalam bentuk praktik-praktik perlawanannya sering kali terbentur pada sebuah kontradiksi yang horizontal ketika dihadapkan pada realitas sosial, sehinggah gagap dan kaku untuk untuk menjawab kegelisahannya, ketidakmampuan kolektif-kolektif untuk bertahan dalam masa yang panjang menjadi sebuah refleksi yang penting untuk menjawab sebuah masa depan gerakan anarkis yang diinginkan. Kontradiksi antara hal positif dan kandungan ide-ide libertarian yang tak terterbantahkan ini, dan keadaan menyedihkan dimana gerakan anarkis tumbuh, memiliki penjelasan dalam bermacam sebab, dari itu semua yang terpenting, ketiadaan prinsip-prinsip dan praktek organisasional dalam gerakan anarkis.

Dalam catatannya, gerakan anarkis di Indonesia lahir dari sejumlah kolektif-kolektif lokal yang mengusung teori-teori dan praktek, namun ada juga sebuah kondisi yang perlu diperhatikan sebagai sebuah refleksi tentang kecenderungan membangun sebuah kolektif yang tak punya pandangan masa depan, tidak juga sesuatu yang berlanjutan dalam kerja militan, dan biasanya lenyap, tanpa meninggalkan sepotong jejak dibelakang mereka. Jika disimpulkan, keadaan anarkisme revolusioner hanya dapat digambarkan sebagai "disorganisasi kronis yang menyeluruh". Seperti penyakit kuning, penyakit disorganisasi memperkenalkan dirinya kedalam organisme gerakan anarkis dan telah menguncangkannya untuk waktu bertahun-tahun, beberapa persolan yang sering timbul diakibatkan pemahaman yang tidak baik akan penerjemahan tentang prinsip-prinsip individualitas dalam anarkisme, sehinggah sering kali disalah tafsirkan dengan ketiadaan segala tanggung jawab, mengedepankan pada kedirian dalam pandangan kesenangan pribadi. Akhirnya melahirkan beberapa kondisi seperti menghilangnya tiba-tiba beberapa kolektif dengan alasan “kita tidak mesti harus berada di satu titik saja” namun pada proses selanjutnya hilang sama sekali dan tenggelam dalam sebuah kehidupan yang mainstream dan terkadang cenderung frustasi dan dalam pembelaannya berusaha mengacu pada prinsip-prinsip mendasar anarkisme dan teoritisi masa lalu.

Sepertinya hal ini melahirkan beberapa pekerjaan rumah yang panjang untuk membangun gerakan sosial (anti otoritarian) dan menjadi sebuah kewajiban yang harus dijawab oleh kita, karena itu upaya-upaya untuk memperkuat daya ubah gerakan sosial di Indonesia tidak hanya sekedar mengembangkan sejumlah tindakan teknis yang diperlukan untuk kerja-kerja advokasi atau aksi-aksi kolektif itu sendiri, melainkan yang terpenting adalah: (1) bagaimana mengembalikan gerakan sosial ke dalam rel kehidupan politik yang sesungguhnya dalam praktik-praktik anti otoritarian (2) sebagai implikasinya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas berpolitik dari rakyat atau kelompok-kelompok rakyat yang selama ini terpinggirkan. Jadi, gerakan rakyat di Indonesia tidak lagi sekedar diletakkan sebagai upaya untuk mendorong perubahan kebijakan publik atau sekedar terlibat di dalam proses pembentukan kebijakan publik, tetapi menjadi bagian dari manuver-manuver politik kelompok-kelompok rakyat yang selama ini terpinggirkan di dalam ruang-ruang politik untuk menghancurkan kekuasaan tersebut.

Pembebasan manusia harus diarahkan pada usaha yang sadar untuk merombak tatanan masyarakat, untuk mengatasi sebuah keadaan di mana manusia didominasi oleh kekuatan ekonomi pasar yang buta dan mulai menggurat nasib dengan tangannya sendiri. Aksi pembebasan yang sadar ini tidak dapat dijalankan secara efektif, dan tentunya tidak dapat berhasil, jika orang belum menyadari dan mengenal lingkungan sosial tempatnya hidup, mengen¬al kekuatan sosial yang harus dihadapinya, dan kondisi sosial ekonomi yang umum dari gerakan pembebasan itu.
Keseimbangan antara teori dan praktek merupakan penuntun yang mendasar bagi setiap gerakan pembebasan saat ini, begitu pula Anarkisme Revolusioner menerangkan bahwa revolusi, revolusi yang sadar, hanya dapat berhasil jika orang mengerti azas masyarakat tempatnya hidup, dan mengerti kekuatan pendorong yang menggerak¬kan perkembangan sosial ekonomi masyarakat tersebut.
Setiap bentuk teori yang tidak diuji melalui praktik perjuangan bukan teori yang tegak, dan dengan sendirinya menjadi teori yang tidak berguna dari sudut pandang pembebasan manusia. Dengan cara melalui usaha terus menerus memajukan keduanya pada saat bersamaan, tanpa pemisahan kerja-kerja revolusioner, maka kesatuan teori dan praktik dapat dimantapkan, sehingga gerakan revolusioner tersebut, apapun asal usul maupun tujuan sosialnya, dapat mencapai hasilnya.

Apapun bentuk varian anarkis merupakan bagian secara luas dari pengimplementasian ide-ide anti otoritarian ke dalam sejarah gerakan pembebasan manusia yang mengutuk konstruksi penindasan, dan sehinggah kita yakin bahwa ide-ide anarkis bukan sesuatu yang utopia dan abstrak, karena kita telah melihat bagaimana kegagalan dan kebusukan kiri membuahkan struktur sosial yang seragam dan menikam kebebasan hinggah ke jantung dan menguatkan akumulasi keuntungan di dalam negara.

Dalam hal ini menjadi suatu tugas penting bagi kita untuk pendalaman dan penggalian tentang ide-ide anarkis ke dalam suatu bentuk strategi dan taktik perjuangan bersama, mencoba untuk belajar merancang program lewat perjuangan sosial yang bergerak sebagai kerangka bersama dan berfungsi sebagai langkah awal untuk membangun kekuatan libertarian ke dalam kolektif revolusioner yang aktif berjuang. Dan menjadi tugas besar untuk kita semua bagaimana memperbaiki perselisihan yang biasa terjadi di dalam internal kita antara anarkis individualis tentang peniadaan tanggung jawab “prinsip-prinsip anarkis” yang sering mengakibatkan perpecahan dan sukar untuk diselesaikan dalam gerakan kita.

(Pencerminan sebuah fase perjalanan dan pergulatan dimana penulis berada di dalamnya)

| ♥Ⓐ♥ | CintAnarKita

| ♥Ⓐ♥ | CintAnarKita | Hati memang paling dekat dengan kamu, tapi ia juga kerap kali paling jauh dari kamu. Sepertinya menarik, memulai segala sesuatu dari hal paling dekat, dengan begitu, hal jauh pun mendekatimu. Dari jauh ke dekat = Dari hati ke hati *_^ Aku punya k...esan mendalam soal hati. Hati kerap genit mengerlingkan matanya pada mataku. Matanya memapahku temukan kamu dalam teka-teki bernama sunyi. Di kedalaman sunyi, aku betah pandangi kamu berlama-lama. Benci, iri, dengki, sakit hati, kata-kata kotor, dan segala hal kasar, selalu saja berubah menjadi keteduhan senyum seorang Nenek. Apa kamu pernah rasakan pengalaman serupa? Dalam gelap, seorang diri, tak ada sesiapa, tanpa setitik pun cahaya, merasakan kehadiran senyuman penuh keteduhan? Selebihnya, pelan-perlahan rasa haru mengusap-usap sekujur diri. Kemudian, tiba-tiba saja dari mata ada yang mengalir begitu lembut, begitu pelan dan hati-hati. Dalam aliran itu ada Ketulusan berkecipak-mengisak menuju Muara. Tinggalkan semua tanggal, bulan, tahun di hulu mata. Sementara Keikhlasan sudah melepaskan keinginannya mencari bentuk. Tak ada apa pun yang tersisa. Kecuali Kenangan. Dan entah kenapa, kenangan selalu saja tumbuhkan Kerinduan padamu. Seperti ganja, Kerinduan membuatku ketagihan menjadi tangan usil yang mencolek-colek hidung ingatanmu, pun jadikan aku jari-jemari nakal yang mengitiki kakimu sebelum tidur, atau denging nyamuk di ujung daun telingamu. Kerinduan selalu saja menjerumuskan aku agar mengunjungimu--menyapamu. Akar-akarnya menjalar diam-diam, mengecap tiap ingatan lucu dari wajah kamu ketika memerah marah, mengecup pipimu saat memerah malu. Awas kamu kalau ketemu! Aku mau cubit kamu. ^.^ :p

Pasukan Bertopeng dalam Bisnis dan Konflik Tanah di Deli Serdang

Persil V adalah sebuah daerah yang terletak di kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, yang akhir-akhir ini sering diberitakan di berbagai media karena seringnya terjadi bentrokan antara warga dengan pihak PTPN II dalam kasus sengketa kasus perampasan tanah rakyat setempat.

Luas lahan sengketa adalah 400an Ha, yang jika dirunut konflik ini mulai terjadi sekitar tahun 1972, dimana rakyat telah mengusahai tanah mereka turun temurun dan pada masa kepemimpinan Soekarno, negara memberi tanah itu kepada rakyat atan nama tanah Suguhan Persil V, dan diperkuat dengan legalitas kepemilikan tanah berupa sertifikat hak milik.

Namun pada tahun 1972 pada masa rezim Orde baru tanah tersebut dirampas oleh negara dan diperuntukkan menjadi Hak Guna Usaha oleh PTPN II untuk perkebunan kelapa sawit dan karet, rakyat kehilangan alat produksinya dan harus beralih profesi hanya sekedar untuk menyambung hidup.

Pada tahun 1998 warga Persil V mulai berjuang untuk merebut kembali tanahnya dengan cara mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Deli Serdang atas nama koperasi yang mereka bentuk yaitu Koperasi Juma Tombak dan bergabung dengan perjuangan petani Persil IV (525 ha) yang mengalami kasus sama, di Tingkat Pengadilan Negeri gugatan dimenangkan oleh pihak warga, PTPN II melakukan upaya hukum banding di Pengadilan Tinggi namun gugatan tetap dimenangkan oleh pihak rakyat, dan berlanjut hinggah kemenangan rakyat di tingkat MA yang menolak kasasi PTPN II, namun kenyataan pahit akhirnya menimpa rakyat karena PTPN II melakukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) atas kasus tersebut dengan bukti-bukti baru yang diajukan PTPN II dan MA mengabulkan PK PTPN II.

Dalam putusan pengadilan dinyatakan bahwa tanah adalah milik rakyat dan tanaman milik PTPN II diperkuat dengan keputusan BPN ( Badan Pertanahan Nasional ) yang menyatakan bahwa areal sengketa tersebut diluar HGU (Hak Guna Usaha), dan dalam catatan jajak pendapat diantara beberapa lembaga pemerintah tersebut PTPN II juga mengakui bahwa tanah tersebut milik masyarakat tetapi tanaman milik PTPN II, hal ini yang selalu menimbulkan konflik di lahan, akhirnya menjadi tanah tak bertuan, asset tanaman diatas lahan sengketa tersebut perbulannya bisa menghasilkan 1 milyar rupiah bahkan bisa lebih. Tentu ini menjadi sebuah proyek terselubung dan bisnis kotor diantara pejabat-pejabat di tubuh PTPN II dan TNI/POLRI, karena dalam logikanya jika tanah diluar HGU maka tidak akan disetor ke kas negara.

Jika disederhanakan sumber masalahnya adalah tanaman diatas lahan tersebut, maka tanaman (sawit dan karet) yang diklaim milik PTPN II tersebut harus dimusnahkan, tetapi rakyat akan dihadapkan dengan kriminalisasi tindak pidana pengrusakan tanaman, maka jika ingin memusnahkan tanaman tersebut rakyat harus melakukannya dengan cara diam-diam dan rahasia.

Pada tahun 2002 Koperasi Juma Tombak yang merupakan wadah perjuangan petani Persil V dan IV mengalami konflik internal, berhembus isu konflik perpecahan di internal koperasi Juma Tombak dipicu oleh beberapa anggota pengurus koperasi yang telah membelot dan menjadi agen kepentingan PTPN II karena setelah ditinjau ulang ternyata wadah mereka terbangun secara sentralistik yang memberikan wewenang penuh terhadap ketua Koperasi, di sisi lain selama tahun 2000-2002 rakyat sempat menguasai lahan secara penuh dan memanen buah sawit di atas lahan sengketa tersebut untuk menjadi logistik perjuangan yang di simpan menjadi kas Koperasi Juma Tombak, dengan keadaan organisasi yang tidak sehat maka terjadilah praktik korupsi di tubuh koperasi tersebut, kelemahan yang lain terletak pada metode perjuangan yang hanya mengandalkan pada putusan pengadilan bukan pada gerakan pemusnahan tanaman yang akhirnya menyebabkan beberapa oknum pengurus koperasi memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan pribadi dari hasil pemanenan tersebut ditambah dengan lemahnya control dari organisasi maka perpecahan semakin tak terelakkan dan Persil IV menyatakan sikap keluar dari koperasi Juma Tombak.

Pasca bubarnya Koperasi Juma Tombak kondisi perjuangan di Persil V menjadi berantakan, lahirlah dua blok kekuatan yang saling bersaing untuk merebut sawit di atas lahan sengketa tersebut, yaitu blok PTPN II yang beranggotakan ratusan preman-preman bayaran dan puluhan brimob ( BKO ), blok lain adalah mantan-mantan pengurus koperasi Juma Tombak Persil V yang beranggotakan puluhan preman bayaran yang di backup oleh Tentara dalam bentuk KSO : Kerja Sama Operasional. Oknum-oknum mantan pengurus koperasi ini memiliki beberapa sertifikat tanah dari warga yang mereka jadikan sebagai alat untuk melakukan kerja sama dengan pihak tentara sebagai jaminan mereka untuk melakukan KSO.

Dua blok ini adalah musuh perjuangan petani Persil IV, dan dua blok ini adalah merupakan konflik yang sengaja dipelihara agar memunculkan kondisi yang tidak aman, dan dua blok ini adalah sebuah konspirasi besar dari sebuah scenario persoalan agraria di Sumatera Utara.

KOTA PENAT..KUTINGGAL SEJENAK..!

Ku pun harus pergi..
Mengalunkah langkah, diantara bising
Bising mesin di jalan kotamu
Aku tidak tahu, siapa yang berharap..
Akan suasana yang tidak menyenangkan ini..
Dengan hati tanpa ragu..
Aku pergi untuk kembali
Kembali ke suasana yang indah itu..
Suasana hutan tropis beri kedamaian..

Tapi aku berfikir.
Jika kelak siulan burung-burung
Desah sungai dan dinginya embun pagi.
Menyelimutiku sendiri..
Tentu tidak asyik juga..

Ditengah kepenatan kota mu..
Aku ingin datang untukmu untuk 1 hari
Satu hari lamannya menikmati kedamaian alam
Tentu denganmu…
Dan hingga sampai di sana..
Ahirnya harus bersamamu..
Kusampai disitu…

Tenang, dan tak lama berselang..
Pandaganku akan deraian embun pagi..
Menelisik cahaya lampu kota yg membosankan
Dan pagi mulai datang lagi..
Aku harus kembali
Kembali ke peristirahatan..dengan derain titik hujan..
Gerimis hutan tropis yang dingin..
Aku berjalan disisi jalan raya itu..
Dibalut oleh jaket jeans yg sudah 1 bulan tidak kena air itu..

Hingga tak lama berselang
Aku betemu si kakek tua dan tuli itu..
Bernegoisasi untuk istirahat..
Lepaskan semua lelah..
Dan akupun harus tidur berbalut selimut kotor
Dan bau ruangan WC umum.
Tapi karena dinginya malam
Mataku tak terbendung
Tertutup kaku hingga fajar tiba..

Malam itu..Aku bersamanya..
Merebahkan badan tanpa ragu..
Diselang mata belum terpejam
Inginya dan inginku bersatu
Hingga terkulai lelap
Fajarpun menyingsing, di iringi lagu yg ganngu tidurku.
Inginya dan inginku terlulang lagi..
Hingga lapar pagi menyapa..

Wah disini tidak ada air yang ckup
Tuk basahi badan gerah ini..
Akupun pergi bersama keinginan
Keinginan untuk beredam disungai tengah hutan
Hutan yang selalu tempatku melepas lelah

Sejuk, dingin dan damai
Burung bernyanyi..
Setelah lelah berendam
Mendinginkan kepalaku..
Akupun berjemur diatas batu alami
Bersama deraian pucuk pohon tropis sejuk itu..

Hingga mataku hampir tertidur
Di riuhnya damai alami hutan itu..
Dan tak lama berselang, tetesan air.
Membasahi pipiku dan aku terbangun
Tingkahnya jahil-nakal
Seolah menjadi sandi untuk mengajakku
Mengajak ku kembali
Untuk kembali beredam bersama lagi.
Bersama dalam dingin air, peluk ku akan menoreh kisah
Kisah damai alam itu..
Dan damai alam pikiranmu..

Hingga hujan tropis datang,..
Berlari untuk kembali
Kembali dalam kondisi lapar..
Tapi kami tahu uang itu tidak cukup untuk mewah
Tapi cukup untuk senang..
Hingga harus pergi, makan murah dan sedikit rokok..
Akhirnya harus kembali
Kembali kelangkah sesak kota ini..
Tapi aku akan segera kembali
Tuk alunkan langkah sejuk damai hutan itu..
Dan sejuk dingin sungai itu..
Tapi…..!
Tapi aku harus pergi bersama mu..

Medan, 01 April 2009
Juson Ali’eha